Para guru berkeinginan digaji dengan Dinar dan Dirham. Sekolah Dian Didaktika, Cinere, ingin memoloporinya.
"Jadi, pilih mana, digaji dengan uang kertas atau emas? Dengan rupiah atau Dinar?"
"Dengan emas, dengan Dinar," terdengar jawaban agak gemuruh dari kursi pendengar.
Begitulah sepotong dialog pendek antara Pak Zaim Saidi, yang baru saja menjelaskan dengan agak panjang lebar perihal Dinar Dirham, dan sejarah munculnya uang kertas. Yang mendengarkannya adalah para guru, mulai dari sekolah TK, SD, SMP, sampai SLTA, Sekolah Islam Dian Didaktika, Cinere, Depok.
Lantas, bagaimana agar para guru dapat memperoleh gaji dalam Dinar dan Dirham? Tentu saja itu berarti pihak pengelola sekolah harus mendapatkan koin Dinar dan Dirhamnya agar dapat membayarkan ke para guru. Dan itu bisa diperoleh, misalnya, saja dari uang iuran sekolah (SPP) atau tagihan lain dari pihak sekolah kepada orang tua/wali murid. Oleh sebab itu, pihak sekolah dalam waktu dekat akan melanjutkan sosialisasi tentang Dinar dan Dirham ini kepada para oran tua/wali murid. Selain, tentu saja, dengan beberapa unit terkait seperti kantin dan kopera
si sekolah.
Penjelasan tentang Dinar dan Dirham sebenarnya amat gamblangnya. Persoalannya memang sosialisasi yang harus terus-menerus dilakukan secara luas, kepada berbagai kalangan. Berbagai contoh sederhana selalu dapat diberikan tentang betapa bermanfaatnya bertransaksi dengan Dinar dan Dirham. Misalnya pada tahun 2000 harga semen adalah Rp 20.000/zak, 1 Dinar (Rp 400.000) mendapatkan 20 zak semen. Pada 2010 harga semen Rp 50.000/zak, 1 Dinar (Rp 1.600.000) mendapatkan 32 zak semen. Kehidupan akan lebih mudah dan murah bila kita semua, termasuk para guru itu, bergaji dalam Dinar emas.
No comments:
Post a Comment