WAKALA DIRHAM BIMA

Tuesday 28 June 2011

Efek Domino Krisis Yunani

Krisis Yunani memberikan efek domino pada negara lain. Swiss National Bank (SNB) menyatakan, meskipun perbankan Swiss memiliki eksposur yang tidak terlalu besar pada Yunani, namun dampak dari kemungkinan gagal bayar utang Yunani tetap akan mendestabilisasi sistem keuangan global. Pada akhirnya tetap berimbas pada kondisi keuangan Swiss.

Wakil Kepala SNB, Thomas Jordan mengatakan, efek lanjutan restrukturisasi utang Yunani akan semakin meningkatkan dukungan pada laju penguatan Swiss franc. Hal tersebut kemudian akan menekan keuntungan eksportir Swiss yang sementara ini telah menahan SNB menaikkan suku bunga demi menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi.

Eksposur langsung perbankan Swiss terhadap negara kawasan uni Eropa terhitung mengalami penurunan menjadi 46 miliar franc pada akhir 2010 dibandingkan pada 2009 yaitu 60 miliar franc. Perbankan diperkirakan tetap akan menghadapi kerugian jika krisis Yunani terus menyebar. Pada akhirnya, Jordan optimis bahwa otoritas Uni Eropa akan dapat menangani eskalasi krisis keuangan kawasan tersebut.

Swiss franc melanjutkan penguatannya terhadap euro pada awal pekan ini setelah menteri-menteri keuangan Uni Eropa menunda keputusan pada kelanjutan pemberian pinjaman darurat untuk Yunani.


Sumber : www.wakalanusantara.com dan Kontanonline 21 Juni 2011

Naik 500 Persen Impor Emas dan Perak India

Impor perak dan emas India melonjak 500% dari bulan April sampai Mei 2011 ini, nilainya mencapai 8.96 milyar dolar AS. Angka ini naik 222% dibandingkan periode yang sama 2010 lalu.
Menurut Sudhir Chakraborty, seorang analis, impor tahunan emas dan perak di India rata-rata sekitar 22 miliar dolar AS. Mencapai angka US $ 9 miliar hanya pada satu bulan belum pernah terjadi sebelumnya. Kenaikan konsumsi emas dan perak ini dipicu oleh inflasi yang terus melonjak, dengan angka resmi baru-baru ini dipatok pada 8,65%.

Tapi, penting untuk diketahui, siapakah para pengimpor emas dan perak ini? Rupanya yang terbesar adalah para bankster setempat. Analis menyatakan bahwa bank sentral India, Reserve Bank of India, telah memutuskan untuk memberikan izin kepada tujuh bank untuk mengimpor emas batangan.

Karur Vysya Bank, Bank Negara Bikaner dan Jaipur, Bank Negara Hyderabad, Bank Punjab and Sind, Bank India Selatan, Bank Negara Mysore dan Bank Negara Travancore ditambahkan ke daftar pengimpor baru emas dan perak. Pada awal tahun 2011, telah ada sekitar 30 bank di India telah diberikan izin untuk mengimpor emas dan perak.

Pertanyaan lanjutan adalah uang siapakah yang digunakan oleh para bankster itu untuk mengimpor emas? Bukanah sebagian besar uang di bank adalah milik nasabah dan pihak ketiga? Masyarakat Indonesia patut meniru masyarakat India dalam memperbanyak pemilikan emas dan perak. Tetapi, tidak untuk ditimbun-timbun, melainkan ditransaksikan dalam kegiatan sehari-hari dalam bentuk koin Dinar emas dan Dirham perak.

Sumber :www.wakalanusantara.com

Sunday 12 June 2011

Ekonomi adalah Sumber Masalah

Terminologi 'ekonomi' bukanlah sebuah istilah teknis semata. Ekonomi adalah sebuah ideologi. Kalau mau dilihat dalam tataran teknisnya maka ekonomi adalah kumpulan formula dan aksioma, yang dilengkapi dengan asumsi-asumsi, dari sebuah ideologi, yakni pembenaran dan penerapan riba. Karena itu kata sifat apa pun yang diletakkan di belakang istilah ekonomi, seperti ekonomi kapitalis, ekonomi sosialis, ekonomi kerakyatan, bahkan ekonomi Islam sekalipun, tidak mengubah sedikit pun substansi dasarnya: pemberlakuan riba dalam kehidupan.

Sejak masa Orde Baru kita pun selalu diakrabkan dengan frase "Pembangunan Ekonomi" sebagai modus operandi kehidupan berbangsa. Secara internasional, pencapaiannya kemudian diukur dengan berbagai indikator tertentu yang dibakukan, seperti jumlah orang miskin atau penganggur, angka harapan hidup, kesenjangan kaya dan miskin (lewat angka koefisien gini), dan sebagainya, sampai yang paling mutakhir dan dianggap paling "mewakili", karena merupakan "gabungan" sejumlah faktor, yakni Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index). Sedemikian lazimnya pemakaian indikator-indikator tersebut hingga tidak ada yang mempersoalkan values dan ideologi di baliknya. Lebih-lebih yang kemudian mencari cara pandang lain dalam memahami kemiskinan dan akar penyebabnya.

Dengan satu-dua indikator saja sudah terlihat bahwa umat Islam di Indonesia saat ini makin menderita. Jumlah orang miskin ada 40 juta, bahkan kalau indikatornya adalah pendapatan di bawah US$ 2 per hari, sebagaimana dipakai oleh PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa), angkanya mencapai 75 juta. Tingkat pengangguran di atas 10% dari angkatan kerja, sekitar 11 juta orang. Tulisan ini tidak akan mempersoalkan indikator-indikator tersebut lebih jauh, tapi hendak mengajukan satu cara pandang berbeda dalam melihat penderitaan umat dan akar masalahnya, yakni dari kacamata Al Qur'an dan Sunnah. Secara lebih spesifik kerangka yang ditawarkan adalah kerangka muamalat, dengan dua indikator utama, sebagaimana yang dipertentangkan oleh Al Qur'an, yakni perdagangan dan riba.

Riba sebagai Modus Operandi

Dalam al Qur'an Allah SWT menegaskan 'Allah menghalalkan perdagangan dan mengharamkan riba' (Al Baqarah ayat 276). Pernyataan ini perlu dipahami dalam dua hal: ketegasannya dalam mempertentangkan dua cara mencari kekayaan, yakni perdagangan dan riba, di mana yang pertama halal dan yang kedua haram; dan alasannya, sebagaimana dinyatakan dalam ayat yang sama, yakni kenyataan bahwa banyak orang menyamakan riba dengan perdagangan. Kebenaran ayat ini mewujud dengan sangat nyata di zaman ini, yang mengakibatkan praktek yang berkebalikan dari hukum Allah, yakni bekerjanya sistem yang menghalalkan riba dan mengharamkan perdagangan. Kita bisa mengenalinya dengan satu ukuran saja yakni nisbah perdagangan (sektor) riil dewasa ini yang hanya 2% dan "perdagangan" (sektor) finansial yang mencapai 98%.

Nisbah di atas menunjukkan kekayaan yang menumpuk pada segelintir orang, sementara penderitaan ditanggung oleh mayoritas masyarakat (para pekerja keras). Hanya dengan perspektif ini kita dapat memahami dengan jernih akar segala penderitaan umat dewasa ini dan menawarkan solusinya secara mendasar, yakni memerangi riba di satu sisi dan menegakkan kembali perdagangan di sisi lain. Dalam kepustakaan akademik sistem kehidupan yang dibangun di atas fondasi riba dan menjadikan riba sebagai doktrin yang absolut inilah yang disebut sebgai kapitalisme. Ideologi kapitalisme ini oleh para perancang negara modern telah ditetapkan dalam konstitusi dengan elemen utama berupa bank sentral, uang kertas, dan perpajakan. Dan inilah yang disebut dengan ekonomi pembangunan itu � dengan dua sayapnya kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.

Jadi, bangsa Indonesia sesungguhnya telah memilih kapitalisme, yakni sistem riba, sebagai jalan hidup ketika memproklamirkan dirinya sebagai Republik Indonesia. Ketika kekuasaan kolonialisme secara formal meninggalkan bangsa Indonesia ada dua hal yang ditinggalkannya, disusupkan melalui konstitusi republik baru ini, yang kelak terbukti menjadi instrumen efektif untuk melestarikan cengkeraman penindasannya, yakni bank sentral dan uang kertas. Bank sentral, kini disebut Bank Indonesia, kita tahu adalah metamorfosa dari sebuah bank swasta milik sejumlah Yahudi Belanda, De Javasche Bank. Dan dengan itu, bangsa Indonesia mendapat warisan beban utang pemerintah Hindia Belanda, sebesar 4 milyar dolar AS, yang kelak - 65 tahun kemudian - telah beranak-pinak tak terkendali, menjadi sekitar 140-an milyar dolar AS.

Akibatnya, sesudah 65 tahun "merdeka'', umat Islam Indonesia bukan saja masih tapi makin menderita. Kenyataan ini dapat diukur dengan satu indikator tunggal, yakni daya beli mata uang kertas rupiah, yang dalam 65 tahun ini telah merosot sekitar 200 ribu kali. Ini bermakna, secara riel, bangsa Indonesia telah mengalami pemiskinan 200 ribu kali dibanding dengan sebelum "merdeka". Tak lama sesudah "merdeka", Oktober 1946, Pemerintah RI mengeluarkan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI). Ketika itu harga dinar emas adalah Rp 8.5/koin, pada bulan Mei 2011, harga dinar emas telah mencapai Rp 1.850 ribu/koin. Akar penyebabnya, tiada lain, adalah sistem riba yang kita jalani selama ini.

Muamalat Jalan Keluar dari Jerat Ekonomi

Dalam konteks ini ada dua pernyataan Rasulullah, salallahualayhi wassalam, yang mendapatkan bukti kebenarannya. Pertama, bahwa akan datang suatu zaman saat kita tidak dapat menemukan seorang pun di dunia ini yang tidak memakan riba dan bahkan orang yang menlak makan riba pun akan ikut terkena debunya (dari hadits riwayat Abu Daud). Kedua, akan datang suatu zaman ketika tidak ada yang tertinggal yang dapat dimanfaatkan (karena habis daya belinya) kecuali dinar dan dirham (dari hadits riwayat Ahmad).

Maka, memahami ekonomi (baca: kapitalisme) dalam perspektif muamalat akan memberikan pemahaman yang tepat tentang riba, dan segala akibatnya sebagaimana telah dinyatakan oleh hadits-hadits tersebut. Dengan pemahaman yang tepat tentang riba ini, yakni sistem ekonomi dengan segala perangkatnya itu, kita dapat mencari solusi untuk memeranginya, sebagaimana juga dengan tegas dinyatakan dalam al Qur'an, bahwa Allah dan Rasul SAW, menyatakan perang terhadapnya.

Secara ringkas muamalat memiliki lima pilar, yaitu mata uang riil, pasar terbuka, pedagang dan paguyuban pedagang mandiri, satuan-satuan produksi mandiri, dan kontrak-kontrak bisnis dan komersial yang halal, yakni qirad, syirkat, dengan segala variasinya. Tanpa harus disebut sebagai "muamalat kerakyatan", dengan sendirinya pilar-pilar mumalat ini adalah untuk rakyat. Penghapusan riba akan membuka akses finansial, produksi dan pasar, kepada semua orang secara sama. Muamalat memastikan perlindungan kepada seluruh pelaku usaha. Tidak ada pemajakan, tidak ada riba, tidak ada monopoli, tidak ada inflasi. Hukum alam, mekanisme fitrah, akan sepenuhnya berjalan tanpa manipulasi, melalui kebijakan fiskal dan moneter tersebut di atas.

Muamalat adalah satu-satunya jalan keluar bagi kita dari jerat ekonomi. Kita tidak bisa keluar dari persoalan ekonomi dengan jalan ekonomi itu sendiri. Sebab ekonomi adalah akar persoalannya bukan obat bagi penyakitnya. Bahkan bila itu disebut sebagai Ekonomi Kerakyatan atau Ekonomi Islam sekalipun.

Penulis : Zaim Saidi - Direktur Wakala Induk Nusantara

PBB: Siap-siap Dolar AS Rontok

Dalam tinjauan tengah tahun ekonomi dunia, Divisi Ekonomi PBB mengatakan perkembangan seperti ini akibat dari turunnya nilai dolar, yang akan membahayakan sistem keuangan global. Laporan update dari PBB berjudul "Situasi Ekonomi Dunia dan Prospek 2011", laporan pertamanya dikeluarkan pada bulan Desember 2010, mencatat bahwa tingkat tukar dolar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya saat ini telah mencapai tingkat terendah sejak tahun 1970-an.

Kecenderungan ini, kata laporan itu, didorong oleh perbedaan suku bunga antara Amerika Serikat dan negara besar lainnya dan kekhawatiran tentang keberlanjutan utang publik AS, yang setengah darinya dimiliki oleh orang asing.

"Akibatnya, kerugian lebih jauh dari nilai buku dari kepemilikan cadangan asing ini bisa memicu krisis kepercayaan terhadap mata uang cadangan (dolar AS), yang akan menempatkan seluruh sistem keuangan global pada ancaman," lanjut laporan itu. Laporan setebal 17 halaman menyebutkan "masih kuat resiko runtuhnya dolar Amerika Serikat."

Rob Vos, seorang ekonom senior PBB yang terlibat dengan laporan tersebut, mengatakan jika pasar negara berkembang "mulai menjual dolar besar-besaran, maka anda dapat memiliki resiko terjatuh dalam dolar".

"Kami tidak mengatakan keruntuhannya sudah dekat, tetapi faktor lebih lanjut yang membawa kita lebih cepat sampai ke tahap itu jika hal-hal lain tidak mengalami perbaikan dengan cepat - seperti resiko AS tidak mampu memenuhi kewajibannya , " katanya kepada Reuters.

Ekonom PBB untuk beberapa waktu mempertanyakan apakah dolar harus terus dipertahankan sebagai cadangan mata uang tunggal dunia. Yang lain telah menyatakan kekhawatiran tentang keuangan AS. Pada tanggal 18 April lalu Standard & Poor's telah mengancam untuk menurunkan peringkat Amerika Serikat dari kredit AAA, kecuali pemerintahan Obama dan Kongres menemukan cara untuk memangkas defisit anggaran federal dalam waktu dua tahun ke depan

Penurunan peringkat AS akan mengikis status Amerika Serikat sebagai perekonomian dunia yang paling kuat dan menghentikan peran dollar sebagai mata uang global yang dominan.

Thomson Reuters 2011

Wednesday 8 June 2011

Manipulasi Emas Perak: Jalan Untuk Hiperinflasi


Tahukah anda bagaimana harga emas itu ditetapkan? Dan kemudian orang-orang percaya dengan harga-harga tersebut. Semua pedagang dan spekulan emas - termasuk kita - menanti terbitnya harga emas terbaru sebelum memulai pasar emas perak, bahkan untuk menetapkan harga koin dinar dirham. Dan celakanya, emas perak itu seakan-akan hanya berharga sejak pukul 10.00 pagi hingga 16.00 petang, dari hari Senin sampai hari Jum'at. Setelah itu, di luar jam kerja, harga emas perak seakan-akan tiada lagi - bahkan sudah dianggap sebagai harga pasar gelap! Padahal ini adalah permainan ilusi saja.

Di tahun 2002, emas batangan dihargai $300/oz. Kini tahun 2011, emas diperdagangkan $1500/oz. Dalam 9 tahun saja harga emas melonjak 5 kali lipat! Kenaikan yang fantastis tersebut, disebabkan oleh krisis keuangan di Amerika dan Eropa, khususnya pada dua tahun terakhir. Beberapa bulan terakhir, harga emas - juga perak - bergerak naik secara pesat. Bahkan perak, yang di awal Agustus 2010 masih dihargai $20-an per oz, kini (April 2011) sudah mencapai $40-an, alias lompat 100% dalam waktu singkat. Sungguh luar biasa! Lompatan harga perak ini, dampaknya membuat orang melirik perak seketika. Saat ini di Indonesia untuk mendapatkan perak murni pun sulit, apalagi membeli perak murni di atas 10 kg dalam sehari. Bahkan pembeli dinar emaspun, kini antri berebut dengan antrian dirham. Inilah euforia!

Selain itu para penulis buku emas sering menggiring opini masyarakat, bahwa menyimpan emas batangan itu lebih baik daripada menyimpan koin emas - bahkan dinar emas sekalipun. Argumen mereka, kadar emas batangan adalah 99,99%, sedangkan koin emas seringkali kadarnya di bawah itu. Kalaupun koin emas ada yang berkadar 99,99%, orang masih menghargai koin tersebut di bawah harga emas batangan. Ini lucu! Padahal numismatis di penjuru dunia justru akan menghargai koin emas, apalagi koin langka - harganya justru akan melambung tinggi.

Karena ilusi tersebut, kita terkadang terpengaruh pula. Bahkan menjadi kurang percaya diri bila sepenuhnya - asset kita (bila ingin ditabung dalam emas) ditabung dalam koin dinar saja - tanpa keikutsertaan emas batangan. Untuk apa kita menyimpan emas batangan? Antisipasi penukaran kembali (ke uang kertas) dinar? Atau untuk cadangan cetak dinar? Justru kitalah yang berkewajiban dinar dirham berfungsi kembali sebagai alat muamalah. Lepaskanlah diri kita dari sihir dan was was tersebut.

Manipulasi Harga Emas Perak Dunia

Harga emas dan perak hari ini adalah ilusi serta manipulasi. Emas saat ini tidak lagi dihitung dengan komoditas pangan, sandang dan papan. Emas tidak lagi dihitung dengan permintaan dan jumlah produksi - tetapi langsung dihitung dengan uang kertas! Tidak ada lagi tradisi jual beli dengan dinar emas dan dirham perak, kecuali harus dengan proses penukaran kembali dengan rupiah? Dan semua orang harus melihat grafik turun naiknya harga emas dan perak terhadap uang kertas, sebelum mereka melakukan pertukaran antara koin-koin tersebut.

Emas dan perak kini diperlakukan sebagai mata dagangan saja. Maka tidak aneh, bila ada orang yang membuka bisnis gadai emas, bisnis berkebun emas dan menjual emas tanpa ada emas. Selama dinar dengan dirham tidak dapat dipertukarkan secara langsung tanpa perantara hitungan uang kertas. Selama itu pula muamalah belum sepenuhnya lepas dari uang kertas - bahkan meskipun fulus nanti sudah beredar. Maka selama itu pula kita belumlah paham, kenapa Allah SWT mengajarkan Nabi Adam As tentang fungsi emas perak bagi manusia.

Harga emas hari ini $1.500/oz bukan harga yang sebenarnya. Ketika penipuan ini dimulai, Agustus 1971, emas masih dihargai $35/oz. Tapi bila dihitung dengan benar - oleh ahli keuangan - tentunya berdasarkan jumlah bubble uang kertas dolar di pasar valas yang kini mencapai $200 Trilyun per tahun. Ada kepincangan sebesar $194 Trilyun dari beredarnya uang kertas fiat money - yang jumlahnya mencapai lebih dari 33 kali lipat nilai barang dan jasa dalam perdagangan dunia.

Maka harga emas hari ini seharusnya USD 6.000/oz bukan USD $1.500/oz, ini tidak masuk akal! Parahnya lagi, harga perak dibanting sangat murah. Bila emas 'ngotot' dihargai $1.500/oz, maka kini seharusnya perak dihargai $120/oz bukan $45/oz! Maka tidak aneh, bila harga perak pada Agustus 2010 $24/oz loncat menjadi $45/oz pada April 2011. Dalam waktu singkat, perak naik 100% - ini jelas ilmu sihir. Dan menyalahi hukum alam, Insya Allah - hiperinflasi uang kertas segera dapat kita rasakan bersama dampaknya. Tipuan sihir segera musnah!

Dalang Sihir Emas Dunia

Setiap hari, harga emas dimulai di London, Inggris. Sebelum para pedagang di pantai Timur meminum secangkir kopi, lima orang anggota pasar emas London telah menyepakati harga emas untuk sesi pagi saat pasar dibuka. Mereka memperkirakan supply dan demand emas yang akan dilakukan hari itu.

Menurut Terry Smeeton, mantan kepala operasi pertukaran mata uang asing dan emas di Bank of England, perdagangan emas di London mencapai 7,5 juta oz per hari. Baik berupa penjualan langsung (on the spot), ataupun penjualan yang akan datang (forward). Sedangkan penetapan harganya dilakukan oleh Tim Lima, yang mewakili N.M. Rothschild (Ketua Tim), Societte General, Hongkong Shanghai Bank (HSBC), Scotia Mocatta dan Deutsche Bank.

Di Amerika Serikat, pemain emas mencuri informasi dari harga emas di London sesi pagi ini sebelum mereka bermain di bursa emas COMEX dan NYMEX di New York. Perbedaan waktu antara London dan New York dimanfaatkan betul-betul oleh spekulan. Atmosfir pelelangan di pasar COMEX nyaris tak bisa dikendalikan, berbeda dengan yang terjadi di pasar emas London. Setelah pasar Comex sesi pagi ditutup, permainan dilanjutkan oleh Future Trading di NYMEX melalui ACCESS, yaitu pasar yang dikendalikan dengan menggunakan internet.

Pasar Hongkong mengambil batas harga yang direkomendasikan oleh ACCESS. Jika emas di Hongkong mulai bergerak, para investor di Timur Tengah - Dubai - mulai bereaksi dengan melakukan transaksi. Pasar Hongkong memainkan peran pengisi - gap - yang terjadi antara di Amerika dan Eropa. Dan pasar emas lainnya adalah Zurich, juga Mumbai India. Namun dalang sihir dari manipulasi harga emas perak dunia tetaplah berada dalam panduan Tim Lima The City - London.

Selama kita masih mengikuti alur permainan Tim Lima, selama itu pula dinar dan dirham juga fulus - belum lepas dari kendali uang kertas. Tim Lima ini pula, yang merancang agar hiperinflasi uang kertas segera terjadi. Dengan demikian permainan baru dimulai secara massal tanpa dapat dikendalikan oleh pemerintah negara manapun. Begitulah permainan uang Matriks Elektronik. [SF]

Penulis : Sufyan al Jawi - Numismatik Indonesia

Sumber : www.wakalanusantara.com

Monday 6 June 2011

Perkenalan Dinar dan Dirham di Gontor

Waktu masih cukup pagi, belum jam 8, dan ruang pertemuan Center for Islamic and Occidental Studies (CIOS) di Kampus Institut Studi Islam Darussalam (ISID), Ponorogo, masih kosong. Tetapi Bpk Drs. KH. Kafrawi Ridwan, M.A, Rektor ISID, justru telah lebih dulu hadir dibanding panitia sekalipun. Hari itu, Jumat, 13 Mei 2011, adalah hari diselenggarakannya Seminar Menggagas Sistem Moneter Islam, yang menghadirkan dua pembicara, yaitu Bpk Zaim Saidi, dari WIN; dan Bpk Abdarrahman Rachadi dari Jawara Nasional. Keduanya juga sudah siap-siap, meski masih di Wisma Tamu, yang letaknya bersebelahan dengan auditorium CIOS.

Akhirnya, acara pun dimulai, dengan sambutan Pak Rektor, yang dengan positif menyambut acara itu sebagai bagian dari pembelajaran dan pengenalan kembali muamalat. "Dinar dan Dirham harus diterapkan kembali, karena kestabilan nilainya, demikian antara lain sambutan Pak KH Kafrawi.

Acara itu dihadiri oleh sivitas akademika ISID, mahasiswa datang dari tiga kampus, yaitu Kampus Pusat Siman, Ponorogo, Kampus Mentingan, Ngawi, dan Kampus Magelang Jawa Tengah. Seluruh bangku yang tersedia dalam auditorium penuh oleh peserta, putra dan putri.

Dalam paparannya Pak Zaim menjelaskan bahwa Allah SWT dan Rasul SAW telah menggariskan model moneter, yang intinya ada beberapa hal prinsipil. Pertama, alat tukar harus berbasis pada komoditi, hingga memiliki nilai intrinsik. Komoditi terpokok sebagai alat tukar adalah emas, perak, dan makanan jenis tertentu yang dapat memenuhi fungsi sebagai uang. Kedua, uang meskipun terbuat dari komoditi adalah alat tukar, tidak boleh digelembungkan melalui instrument derivatif - yang paling elementer adalah uang kertas. Ketiga, dalam kelaziman dan praktek historis, alat tukar yang paling lazim dalam model moneter Islam, adalah dinar emas, dirham perak, dan fulus tembaga.

Sementara itu, Pak Abdarrahman Rachadi, menjelaskan tentang keberadaan Jawara Dinar - beserta berbagai kegiatannya. Yang terpokok adalah Festival Hari Pasaran (FHP), dan pendirian Kampung Jawara. Dengan demikian maka koin dinar dan dirham, serta fulus, diamalkan dalam transaksi sehari-hari. Dari kegiatan ini diharapkan keluarga besar Pondok Pesantren Gontor dapat mengamalkan muamalat secara bertahap di lingkungannya. Baik di kampus-kampus pusatnya, maupun di kampus-kampus lain di Indonesia.


Sumber : www.wakalanusantara.com

Zimbabwe Menuju Standar Emas


Pihak bank sentral Zimbabwe mengatakan negara ini harus mempertimbangkan untuk kembali ke dollar Zimbabwe yang berbasis emas, melihat nasib dollar AS sebagai mata uang cadangan dunia saat ini tinggal menghitung hari.

Pemerintah mencampakkan dollar Zimbabwenya sendiri, pada tahun 2009, sesudah dihantam hiperinflasi fantastis dan menggantinya dengan mengadopsi sistem mata uang asing berganda dengan dollar AS, Rand Afrika Selatan dan pula Botswana, sebagai yang paling banyak digunakan.

Menkeu Tendai Biti mengatakan negara membutuhkan setidaknya enam bulan impor dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, stabilitas inflasi dan utilisasi kapasitas industri di atas 60 persen, sebelum dollar Zim dapat diedarkan kembali. Namun kepala Bank Sentral, Dr Gideon Gono, mengatakan negara harus mempertimbangkan mengadopsi mata uang yang didukung emas. Demikian sebagaimana yang dimuat oleh situs www.newzimbabwe.com.

"Ada kebutuhan bagi kita untuk mulai berpikir serius dan segera untuk memperkenalkan mata uang Zimbabwe yang didukung emas, yang tidak hanya stabil tapi diterima secara internasional," katanya dalam sebuah wawancara dengan media pemerintah.

"Kita perlu memikirkan kembali strategi-tambang emas kita, liberalisasi emas, dan strategi pemasaran sebagai sebuah negara. Dunia perlu dan pasti akan berpindah ke standar emas dan Zimbabwe harus memimpin di depan."

Gono mengatakan bahwa efek inflasi dari defisit pembiayaan Amerika Serikat akan berdampak pada seluruh negara lain yang akan mengarah pada resistensi atas dollar AS sebagai mata uang dasar.

"Peristiwa Krisis Keuangan Global 2008 memerlukan suatu pendekatan baru agar kita bisa percayaan diri dan atas mata uang yang didukung benda yang sangat stabil, dan bagi saya, Emas telah terbukti selama bertahun-tahun sebagai logam mulia yang stabil dan paling diinginkan," kata Gono.

"Zimbabwe memiliki cadangan emas triliunan dollar dan sekarang saatnya kita mulai berpikir di luar kotak, untuk kelangsungan hidup dan kemakmuran kita."

Bangsa Indonesia pun harus berpikir out of the box bukan? Dan dengan Dinar emas dan Dirham perak yang telah beredar, kita tidak cuma bisa berpikir, tapi telah bertindak jauh.


Sumber : www.wakalanusantara.com

Thursday 2 June 2011

Melawan Zaman: DPR Setujui UU Mata Uang

Lebih dari 65 tahun Indonesia merdeka, semua berjalan lancar tanpa adanya pemaksaan pemakaian uang kertas tertentu, dalam perekonomian kita. Tapi, anehnya, justru ketika pemaksaan semacam ini mulai ditinggalkan orang, termasuk di AS sendiri, Pemerintah RI dan DPR RI malah mulai menjalankannya.

Rancangan Undang-Undang mata uang secara aklamasi disetujui untuk menjadi Undang-Undang dalam sidang paripurna DPR RI, Selasa (31/5). Dengan persetujuan ini, maka semua transaksi perdagangan di Indonesia wajib mengunakan mata uang Rupiah. Alasannya "karena mata uang Rupiah merupakan simbol negara."

Beberapa poin penting dalam UU Mata uang ini, menetapkan per tanggal 17 Agustus 2014 nanti akan beredar uang Rupiah kertas baru. Rupiah baru ini akan menggunakan dua tanda tangan yaitu kementerian keuangan sebagai wakil dari pemerintah dan tanda tangan gubenur Bank Indonesia, sesuai dengan ketentuan pasal 5 UU mata uang.

Sedangkan berdasarkan pasal 33, tercantum masalah sanksi tegas jika mata uang Rupiah tidak digunakan sebagai alat transaksi keuangan maka akan dikenakan hukuman pidana kurungan paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp 200.000.000. Dipertahankannya pasal pidana ini tidak sesuai dengan pendapat para ahli hukum (dari Unair) yang dibentuk oleh BI sendiri lima tahun lalu yang menyatakan penolakan penggunaan rupiah seharusnya tidak perlu dipidana. Dalam UU mata uang di banyak negara hal ini juga dianut.

UU Mata Uang ini, sebenarnya, hanyalah untuk melindungi rupiah dari "pemalsuan". Pemberantasan uang palsu akan dilakukan oleh Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu yang terdiri dari Badan Intelijen Negara, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Agung, Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.

Tentu saja, transaksi yang tidak menggunakan uang kertas, misalnya barter masih tetap dapat dijalankan tanpa dihambat oleh aturan yang bertentangan dengan tradisi dan praktek keberagaman mayoritas warga Indonesia ini. Penggunaan koin Dinar emas dan Dirham perak, serta Fulus, pun tidak akan terhambat karenanya. Sebab ketiga jenis koin ini bukanlah uang - sebagaimana didefinisikan oleh undang-undang ini.

Sumber : www.wakalanusantara.com