WAKALA DIRHAM BIMA

Thursday 8 September 2011

Kocar-kacir Uang Kertas

Republik Sudan Selatan baru saja menyatakan kemerdekaannya, memisahkan diri dari Republik Sudan. Rakyatnya kocar-kacir menghadapi perubahan uang kertas.

Selepas terus-menerus mengalami perang saudara, akhirnya kaum pemberontak Sudan yang terus merongrong pemerintahan Muslim di Khartoum, berhasil memerdekakan diri membentuk Republik Sudan Selatan. Langkah pertama begitu merdeka, 9 Juli 2011, tentu saja, kemudian Sudan Selatan menjadi negara anggota PBB, tak sampai sepekan kemudian (14 Juli 2011). Dan, meski menguasai 80% deposit minyak negeri itu, Sudan Selatan merupakan salah satu negara termiskin dengan kemungkinan situasi kesehatan terburuk di dunia.

Sebelum merdeka, tentu saja, keuangan negeri ini menjadi bagian dari Bank Sentral Sudan, dan karena itu uang yang dipakai oleh rakyat negeri ini pun adalah Pound Sudan. Sebelum Sudan Selatan merdeka, Bank Sentral Sudan tengah diboikot oleh perbankan internasional. Begitu terjadi pemisahan, terjadilah kocar kacir keuangan - khususnya posisi uang Pound Sudan ini.

Pasalnya, begitu merdeka, Sudan Selatan, segera mengeluarkan mata uang sendiri - Pound Sudan Selatan. Ini juga untuk membebaskan mereka dari sanksi internasional di atas. Tapi, akibatnya, para pejabat Sudan Selatan - apalagi rakyatnya kocar kacir. Mereka tidak tahu harus berbuat apa atas uang sebesar hampir $ 1 milyar mata uang lama, yang digunakan sebelum Sudan terpecah menjadi dua negara, dan masih beredar luas.

Mereka, para politisi Sudan Selatan, berharap pemerintah Republik Sudan (Sudan Utara sekarang) di Khartoum, akan menarik kembali 'uang lama' dan menukarkannya dengan nilai yang setara tapi dalam dolar AS. Tapi, begitu Sudan Selatan meluncurkan mata uang baru pada bulan Juli itu juga, pemerintah Sudan Utara mengumumkan akan melakukan hal yang sama seminggu kemudian!

Rakyatlah yang paling dirugikan. Mereka terombang-ambing, ke sana kemari, menenteng-nenteng uang kertas, tak tahu nasibnya apakah kertas-kertas tersebut akan dinyatakan berlaku atau segera jadi kertas rongsokan. Ini mengingkatkan kita pada nasib saudara-saudara kita yang menyimpan uang rupiah, Rp 50.000 (bertahun 1993), bergambar Presiden Soeharto, yang tiba-tiba telah dinyatakan tidak laku!

Kantor berita Al Jazeera menggambarkan kocar-kacirnya rakyat Sudan Selatan akibat uang kertas ini pada link ini

Uang kertas tak lain adalah ilmu sihir belaka! Gunakanlah Dinar emas dan Dirham perak, agar tidak termakan sihir ini.

Sumber : www.wakalanusantara.com

No comments:

Post a Comment