WAKALA DIRHAM BIMA

Thursday 14 July 2011

Krisis Eropa Dari Yunani Ke Italia

Tiga hari lalu (11/7), petinggi Uni Eropa menggelar pertemuan mendadak untuk membahas antisipasi kondisi ekonomi Italia yang terus memburuk. Demikian diberitakan oleh Kontan Online

Hadir dalam pertemuan tersebut, Presiden Dewan Eropa Herman Van Rompuy, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Jean-Claude Trichet, Ketua Eurogroup Jean-Claude Juncker, Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, Komisioner Ekonomi dan Moneter Uni Eropa Olli Rehn, dan para menteri keuangan Eurogroup.

Menteri Keuangan Austria, Markia Fekter menyatakan, kondisi pasar surat berharga Italia yang terjun bebas, menjadi pembahasan serius. 'Kami ingin mengetahui, bagaimana Pemerintah Italia menangani hal ini,' katanya, kemarin.

Yield obligasi Pemerintah Italia yang diperdagangkan di pasar surat berharga melonjak akibat ketidakpercayaan investor terhadap stabilitas ekonomi Negeri Piza terhadap rencana penghematan anggaran negara yang dirilis pemerintah. Yield obligasi Pemerintah Italia bertenor 10 tahun, melonjak menjadi 5,39%, Senin. Ini level yield tertinggi untuk obligasi terbitan sebuah negara Uni Eropa.

Kemarin (Senin), regulator pasar modal Italia, sudah memutuskan melarang short selling, setelah indeks harga sahamnya jatuh ke posisi terendah sejak dua tahun terakhir. 'Italia kemungkinan tidak akan mampu membayar obligasinya,' kata Andrew Bosomworth, Fund Manager di Pacific Investment Management Co. 'Proyeksi kami, utang Italia sudah tidak sustainable,' lanjut Bosomworth.

Investor menginginkan otoritas keuangan dan pengambil kebijakan Italia dan Eropa selangkah lebih maju dalam mengantisipasi beban utang. 'Tetapi kami terus dikecewakan,' kata Elwin de Groot, Ekonom Fixed Income Rabobank di Belanda. Koran Jerman, Die Welt mengutip seorang pejabat Eropa menilai, European Financial Stability Facility (EFSF) tidak akan sanggup memikul pendanaan untuk membantu negara-negara Eropa yang terlilit utang, jika Italia ternyata membutuhkan bantuan dana bail out.

EFSF saat ini memiliki amunisi dana sebesar 1,5 triliun Euro, tidak akan cukup menalangi utang Yunani, Irlandia, Portugal, Spanyol dan Italia. Makanya, dalam pertemuan itu, sebagian negara Eropa mengusulkan membiarkan Yunani mengalami default untuk sebagian obligasinya. Ini akan meringankan beban Yunani dan beban negara Eropa yang harus menalangi beban utang negara Euro lain. Cuma, ECB dan negara-negara Eurogroup menentang usulan tersebut. Di sisi lain, ECB sendiri tidak bisa menjamin akan mampu menolong semua negara yang terlilit utang. 'Kita sedang menyaksikan akhir perjalanan hidup sebuah mata uang bernama Euro,' kata de Groot.

Bila euro berakhir, dolar runtuh, apa yang akan terjadi dengan rupiah? Mulailah biasakan diri bertransaksi dengan Dinar dan Dirham, sesegera mungkin.


Sumber : www.wakalanusantara.com

No comments:

Post a Comment