WAKALA DIRHAM BIMA

Sunday 16 January 2011

Uang di Dunia Matrix

Anda pernah menonton film Matrix? Film fiksi tahun 1999 yang dibintangi oleh Keanu Reeves tersebut memang tergolong menarik.

Dalam film tersebut digambarkan seorang Neo (Keanu Reeves) yang tiba-tiba merasakan kegelisahan dalam hidupnya. Dia merasakan ada yang tidak beres dengan dunia yang dia jalani. Merasa ada sesuatu yang salah , tetapi tidak tahu apakah itu. Perasaan itulah yang membawa Neo bertemu dengan Morpheus. Morpheus berusaha untuk meyakinkan Neo bahwa dunia yang selama ini dijalani hanyalah tampilan yang disajikan di hadapan mata untuk menutupi kebenaran yang sesungguhnya. Morpheus memberinya pilihan, meminum pil merah atau biru. Ketika Neo memilih, hidupnya pun berubah. Dia akhirnya mengetahui bahwa kehidupan yang dijalani selama ini adalah palsu. Semua itu ternyata perbuatan sebuah mesin raksasa dengan programnya yang bernama Matrix.

Ternyata kehidupan Neo selama ini sebagai orang kantoran hanya semu belaka. Fakta sesungguhnya adalah bahwa fisik Neo dihubungkan dengan chip dan peralatan yang membuat dirinya seakan-akan hidup dalam kehidupan nyata yang nyaman. Padahal, dirinya selama ini terpenjara dalam mesin raksasa. Boro-boro dia menjalani kehidupan normal seperti pergi ke kantor, untuk bergerak saja dia tidak bisa karena dirinya terhubung dengan kabel-kabel besi yang menjeratnya.

Kelompok pejuang yang dipimpin Morpheus akhirnya bisa melepaskan semua kabel-kabel yang menyandera tubuh Neo dan mengamankan Neo ke markas pejuang. Akhirnya, Neo bergabung dengan para pemberontak untuk menghadapi penjajahan kaum mesin. Dengan kesadaran barunya, Neo menghadapi kenyataan pahit dalam dunia nyatanya. Akan tetapi dia lebih memilih hal tersebut daripada terjajah oleh mesin dan hidup dalam imajinasi.

Film Matrix tentu saja hanyalah fiksi semata. Akan tetapi, bila kita renungkan, ada sisi kehidupan kita yang mirip dengan dunia 'matrix'. Selama ratusan tahun kita terbelenggu dengan kesejahteraan semu dengan penggunaan uang kertas tanpa kita menyadari bahwa dengan sistem fiat money tersebut, secara pasti kesejahteraan kita terampok oleh inflasi dan tatanan kehidupan kita rusak karena riba yang merajalela.

Uang Bernilai Nyata

Orang berargumen bahwa uang kertas itu nyaman tetapi sebenarnya ada harga yang sangat mahal yang harus dibayarkan. Uang yang seharusnya bernilai intrinsik sehingga nilainya ada di dalam uang tersebut, bukan di luar uang, tergeserkan oleh kertas yang nilainya dipaksakan oleh kekuatan perundangan. Ratusan tahun kita telah terperdaya dengan sistem uang kertas sehingga kita sudah tidak ingat lagi sejarah uang yang sesungguhnya. Uang sejak zaman sebelum Nabi Muhammad , sallalahu alayhi wa sallam terbuat dari logam mulia dan juga dari komoditas lainnya. Begitu kejayaan Islam runtuh, mulailah muncul uang yang terbuat dari kertas yang kini benar-benar berupa kertas tanpa kaitan dengan cadangan emas.

Ketika ada sekelompok orang yang mengingatkan bahwa sistem uang kertas hanya membawa kesengsaraan, susah bagi kita untuk menerimanya. Seperti susahnya Neo untuk menerima penjelasan Morpheus pada awalnya. Itu karena tipuan yang telah begitu lama telah menutupi pandangan kita sehingga kita tidak bisa lagi berpikir jernih. Beberapa orang mengilustrasikan kondisi uang kertas saat ini seperti kisah 'Baju Baru Kaisar'. Setiap orang menyangka Sang Kaisar memakai baju yang sangat indah, padahal nyatanya dia tidak memakai baju. Hingga ada seorang anak kecil berteriak,'Lihat, Kaisar tidak memakai baju!'.

Hal yang sama terjadi pada uang kertas. Kita diberitahu bahwa uang kertas adalah kesejahteraan, karena ada nilai di dalamnya, hingga ada yang berkata,'Ini hanyalah kertas biasa, tidak ada nilai sebesar itu di dalamnya'.

Untuk membuktikan hal tersebut, cobalah menyobek uang Rp 100.000,- menjadi dua, maka uang tersebut menjadi tidak laku, yang berarti uang tersebut telah lenyap. Ajaibnya, ketika keduanya disatukan dengan perekat, uang tersebut bisa laku kembali, alias menjadi ada lagi. Tentu saja kondisi tersebut bukanlah yang seharusnya. Uang sejati tidak bisa dengan mudah menghilang dan muncul hanya dengan cara disobek/direkatkan.

Imran N Hosein, ulama Trinidad menyebutkan bahwa uang dalam Islam haruslah:

1. Berupa logam berharga (emas dan perak) atau komoditas lainnya seperti gandum, tepung, kurma dan garam yang tersedia secara bebas di pasar dan tahan lama;

2. Bernilai intrinsik; dan

3. merupakan ciptaan Alloh dengan nilai yang sudah Alloh tentukan kepadanya.

Dengan kondisi di atas, uang yang seharusnya adalah dinar dan dirham (emas dan perak) serta komoditas lainnya.

Kita Punya Pilihan

Sistem fiat money saat ini diterima begitu saja sebagai satu-satunya sistem yang terbaik, padahal sistem tersebut tidak bisa bertahan, tidak adil dan akan collapse. Lihatlah bahwa Rupiah Indonesia telah mengalami penurunan daya beli tiap tahunnya. Setiap orang yang menyimpan uangnya dalam bentuk Rupiah (dan uang kertas lainnya) akan mengalami penurunan daya beli dari tahun ke tahun. Hasil kerja keras kita yang kita simpan dalam wujud rupiah bisa tiba-tiba menghilang daya belinya ketika terjadi krisis moneter. Bahkan dolar pun yang selama ini menjadi acuan, daya belinya juga telah melorot tajam.

Kita harus menyediakan sistem alternatif yang lebih baik daripada itu. Kalau kita berlarut-larut dalam sistem uang kertas maka lama kelamaan kita tidak bisa keluar dari sistem itu, dan kita hidup dalam penjara seperti kehidupan Neo sebelum bertemu dengan Morpheus. Kehidupan semu di dunia matrix yang kelihatannya nyaman tapi sebenarnya memenjarakan. Kesejahteraan yang dibawa oleh uang kertas sebenarnya adalah kesejahteraan semu dan uang kertas adalah uang semu yang terasa manfaaatnya hanya di dunia 'matrix'.

Kita punya dua pilihan: keluar dari dunia matrix uang kertas lalu berjuang melawannya atau membiarkan diri kita selamanya terjajah dan hidup dalam imajinasi uang di dunia matrix. Silahkan memilih.

Inspired by: Fim Matrix dan Video interview Bapak Zaim Saidi

Sumber : - www.wakalanusantara.com

- attawazun.wordpress.com


No comments:

Post a Comment