WAKALA DIRHAM BIMA

Thursday 26 May 2011

Step by Step hijrah dari sistem ribawi menuju muamalah. [Bagian 1 dari 2 tulisan]

Sebagaimana telah kita pahami bersama dan tidak dapat dibantah oleh siapapun bahwa saat ini kita hidup pada ERA RIBAISASI. Hampir seluruh aktivitas hidup manusia saat ini tidak terlepas dari cengkeraman riba, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi terkena imbas riba.

Apa yang harus kita lakukan agar dapat terhindar dari jebakannya?


Bayangkan saat ini Anda tengah terjebak dalam sebuah gedung besar (misalkan dalam sebuah Mal) dalam keadaan gelap gulita karena mati lampu. Eskalator dan Lift tidak berfungsi. Cahaya yang ada hanya lampu senter dari Handphone pengunjung, lilin serta lampu atau sumber cahaya sementara dari konter-konter/toko dalam Mal tersebut. Dari pengeras suara, pengelola gedung mengatakan bahwa gangguan tersebut akan dapat mereka atasi dalam 30 menit, meminta pengunjung untuk tetap tenang dan diam di tempat.

Anda mengetahui atau diberitahu seseorang bahwa gedung itu dalam waktu 1 jam ke depan akan meledak karena ada bom waktu disana. Tidak semua orang yang berada dalam gedung tersebut mengetahui tentang ancaman ledakan tersebut.


Apa yang akan Anda lakukan?


1. Tetap menunggu di dalam Mal tersebut, hingga listrik menyala kembali, dan melanjutkan aktivitas berbelanja sesuai rencana awal Anda jika lampu telah menyala kembali?

2. Dengan tertatih-tatih dan meraba-raba mencari pintu keluar agar secepat mungkin bisa keluar dari gedung dengan selamat? Tanpa memberitahukan orang lain dan mengajak mereka untuk segera keluar dari gedung tersebut.


3. Berusaha memberitahukan kepada orang lain dengan berteriak-teriak bahwa ada bom yang akan meledak 1 jam lagi hingga membuat semua orang panik berlarian dalam kegelapan? Tanpa memberikan petunjuk atau arahan bagaimana agar semua orang bisa selamat keluar dari gedung


4. Berusaha agar tetap tenang, menguasai keadaan, mencari pintu darurat serta solusi cara evakuasi yang aman. Kemudian berusaha memberitahukan kepada sebanyak mungkin orang yang bisa Anda beritahu dan mau diajak keluar dengan selamat?


Bagaimana jika di dekat Anda juga terdapat seorang publik figur seperti artis, menteri negara, gubernur, atau ulama kondang yang sangat Anda kagumi. Dia tidak percaya dengan informasi yang Anda berikan dan ingin mengikuti intruksi dari pengelola gedung saja yaitu tetap tenang dan menunggu lampu kembali menyala untuk kemudian melanjutkan aktivitas di gedung tersebut. Akankah Anda terus menunggu dan mengajak publik figur tersebut keluar hingga ledakan bom yang menghancurkan gedung beserta seluruh isinya benar-benar terjadi ?

Ilustrasi di atas sangat mirip dengan kondisi ummat manusia, khususnya ummat islam yang tengah dilingkupi hegemoni riba saat ini. Sebagian besar orang tidak mengetahui apa yang terjadi, sebagian besar lagi tidak peduli dengan apa yang tengah terjadi, sebagian lagi demikian paniknya hingga saling sikut dan berlarian hingga nabrak tembok atau terinjak-injak di tengah kerumunan. Sebagian kecil menyadari apa yang akan terjadi namun tidak tahu bagaimana caranya bisa keluar dengan selamat dan sebagian kecil sekali tahu apa yang tengah terjadi bagaimana solusinya namun tidak banyak yang mau mendengar dan mengikuti petunjuknya.


Demikianlah, riba benar-benar telah menguasai kehidupan kita. Dalam seluruh lini kehidupan dan tarikan nafas kita. Bahkan untuk yang telah menyadarinya pun tidak tahu dan kebingungan bagaimana bisa keluar dari kegelapan tersebut, karena apapun aktivitas hidup saat ini bisa dipastikan ada riba bermain didalamnya. Akankah kita pasrah saja?

Dengan perkenalan singkat saya yang baru seumur jagung dengan ilmu muamalah yang bermula dari perkenalan dengan dinar dirham pada tahun 2007, dengan seizin Allah saya akhirnya memahami bahwa dinar dan dirham adalah salah satu sekoci utama bagi ummat manusia, khususnya ummat islam untuk hijrah dari sistem ribawi kepada muamalah yang sesungguhnya.


Memang, saat ini ada beberapa keterbatasan pada dinar dan dirham untuk bisa diimplementasikan secara total 100% secara instan. Namun hal itu hanya bagian dari proses, sesuai sunnatullah, segala sesuatunya butuh proses. Untuk keluar dari gedung besar yang gelap memang tidak bisa dengan serta merta berteriak dan berlarian untuk keluar gedung.

Dari sebuah forum diskusi seperti MES (Masyarakat Ekonomi Syariah), forum-forum lain yang membahas seputar ekonomi konvensional maupun syariah, ataupun pakar-pakar ekonomi syariah yang saya beruntung bisa bertemu atau menemui mereka, ulama dan tokoh masyarakat maupun masyarakat umum yang ditemui, ada satu benang merah dan kesimpulan yang dapat saya tarik yaitu mereka pesimis dan tidak yakin bahwa dinar dan dirham benar-benar solusi untuk hijrah dari sistem ribawi.

Beberapa hal utama yang selalu mereka debatkan adalah: Dinar dan Dirham (jumlah emas dan perak) tidak cukup untuk transaksi perdagangan seluruh dunia, Dinar dan Dirham tidak praktis dibandingkan dengan uang kertas, kartu debit maupun kartu kredit, Dinar dan Dirham adalah sejarah masa lalu, tidak relevan lagi untuk kehidupan modern seperti saat ini dan ke depannya.

Namun demikian, keraguan pada dinar dan dirham itu hanyalah proses, waktu dan usaha yang sungguh-sungguh akan segera menjawabnya, insha Allah :), Allahu Akbar !!

Dalam hal ini (berkenaan dengan riba), sebagai salah seorang yang sebenarnya juga sangat awam, saya hanya ingin berpegang teguh pada salah satu perintah Allah untuk bersegera meninggalkan sisa-sisa riba yang masih ada pada diri kita.


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman.”


“ Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”

[Al-Baqarah:278-279]


Perdebatan berkepanjangan tidak ada gunanya, keraguan beberapa kalangan bahwa dinar dan dirham tidak relevan lagi dengan kehidupan saat ini sama sekali tidak dapat menutup mata hati kita bahwa dinar dan dirham adalah salah satu SEKOCI UTAMA dan PERTAMA untuk bisa hijrah dari kegelapan sistem ribawi.


Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi dengan seluruh saudara-saudariku bagaimana tahap demi tahap, langkah demi langkah yang telah dapat kita tempuh dalam upaya hijrah dari kegelapan hidup ribawi menuju sistem kehidupan muamalah yang mulia.

Bahkan dengan kondisi dan keterbatasan apapun yang kita hadapi sekarang, sebenarnya kita telah bisa mulai dan bersegera meninggalkan sisa-sisa riba yang terus melingkupi hidup kita. Berikut beberapa cara efektif dan menarik yang saya temui;

Bersambung

Penulis : Devid Hardi

Sumber : Wakala Sauqi

No comments:

Post a Comment