WAKALA DIRHAM BIMA

Tuesday 8 March 2011

Perkembangan JAWARA di Jawa Timur dan sekitarnya

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Akan sedikit kami informasikan mengenai perkembangan pedagang dan penyedia jasa yang berada di Jawa Timur, Surabaya dan sekitarnya. Beberapa diantaranya sudah mendaftar menjadi anggota JAWARA (Jaringan Wirausahawan dan Pengguna Dinar Dirham Nusantara), dimana keanggotaannya tidak mengharuskan memiliki syarat khusus, hanya berwujud kesediaan secara suka rela untuk menukar barang atau jasa yang disediakan dengan koin dinar emas dan dirham perak.

Berikut adalah pedagang dan penyedia jasa tersebut :
1. Nafaz Print dan Nafaz Food, yang menyediakan jasa percetakan dan produk sambal khas Surabaya Bu Yudy. Contact person : 085645667579.
2. Sholeh, pedagang madu alami dari lebah penghisap sari pohon mangga. contact person : 08993701701.
3. Future Computer*, penyedia peralatan komputer, seperti harddisk, laptop dengan contact person 08175135988 atau bisa dibuka http://thefuturecomputer.blogspot.com/
4. Khilafah Center, Banyuwangi. Penjualan bermacam herbal, madu, buku dan lain-lain. Hubungi 03337759859
5. Prima Roti (Fajar Kurnia), Menanggal, Gayungan, Surabaya, menjual kue basah khas Surabaya dan Roti Bakery. Hubungi : 08883187188 email : kurniaf88@yahoo.com
6. M. Andik, penyedia jasa cukur rambut di KRI Ahmad Yani.


Kami juga mengajak kepada para pedagang dan penyedia jasa lainnya seperti pendidikan yaitu sekolah, kursus, les dan lain sebagainya bisa turut bergabung dan menggunakan koin dinar dirham sebagai alat tukar sukarela dan tidak hanya sebagai alat investasi, selain juga menunaikan zakat maal emas dan perak dalam bentuk koin dinar emas dan dirham perak.
Pedagang dan penyedia jasa yang ingin bermuamalah dengan koin dinar dirham, bisa menghubungi kami atau wakala terdekat untuk informasi lebih lanjut.
Pendaftaran menjadi anggota JAWARA bisa langsung via online melalui alamat www.jawaradinar.com

Demikian sementara perkembangan sampai saat ini. Tidak menutup kemungkinan sesungguhnya lebih banyak dari yang disebutkan di atas, namun belum bisa dimonitor oleh kami.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

*) cetak tebal sudah terdaftar sebagai JAWARA

Sunday 6 March 2011

BR Teve, Banten, Bedah Buku TSBS


Sesudah di sejumlah universitas (UIN Hidayatullah, UII, UGM, dan STIE Almaata) buku Tidak Syar'inya Bank Syariah dibedah di stasiun BR Teve. Disiarkan Selasa, 8 Maret 11.

Tempat duduk yang tersedia di ruang studio teve Baraya, Serang Banten, Kamis siang itu, 3 Maret 2011, terisi lebih dari 40 orang pengunjung. Mereka menghadiri acara bedah buku Tidak Syar'inya Bank Syariah (TSBS). Memang, untuk bedah buku kali ini, yang diselenggarakan oleh Wakala Madani Mulia, bekerjasama dengan Koran Radar Banten, dirancang secara berbeda. Pihak teve BARAYA ingin menjadikannya sebagai pengisi salah satu acaranya, yaitu rubrik Dialog Khusus, yang akan disiarkan secara tunda, Selasa 8 Maret 2011, pukul 19.00.

Dipandu oleh Bpk Fauzi sebagai host, bedah buku TSBS ini langsung menghadirkan penulisnya, Bpk Zaim Saidi, dari Wakala Induk Nusantara. Pengambilan gambar Dialog Khusus ini berlangsung selama 45 menit. Namun demikian, karena antusiasme hadirin, dan banyaknya pertanyaan yang dibahas, usai rekaman, dialog dilanjutkan. Tambahan waktu ini berlangsung hampir 60 menit, lebih panjang dari acara yang direkam untuk keperluan tayang. Dalam Dialog Khusus ini Pak Zaim dengan gamblang menjelaskan inti sari buku TSBS, dan menunjukkan dalam banyak hal tidak sesuainya perbankan syariah dengan syariat Islam. Dalam waktu hampir dua jam, pembahasan cukup panjang lebar, menganalisis bahwa perbankan syariat tidak pernah dikenal dalam Islam, dan secara konseptual bertentangan dengan syariat Islam.

Acara bedah buku TSBS itu sendiri dilaksanakan bersamaan dengan Book Fair, yang berlangsung di halaman kantor Radar Banten, yang menyatu dalam satu gedung dengan Stasiun BR Teve. Tentu saja, dalam Book Fair ini, Dinar dan Dirham diterima sebagai alat tukar.

Sumber : www.wakalanusantara.com

Tuesday 1 March 2011

Kazhakstan Segera Cetak Dinar Dirham


Dalam kunjungan ketiga kalinya ke Kazakhstan, Umar Vadillo berhasil meyakinkan pemerintah di sana untuk segera mencetak Dinar dan Dirham.

"Kami baru saja kembali ke Kuala Lumpur pagi ini (Senin, 21 Feb 2011), ini perjalanan yang menakjubkan," demikian Aoueskhanov Ghany, dari Muamalah Council, Kuala Lumpur, melaporkan. Ini merupakan kunjungan ketiga Umar Vadillo Pasha ke Kazakhstan dan terbilang sukses besar. Haji Umar memberikan presentasi tentang Dinar Emas dan Pasar Islam ke pejabat tinggi pemerintah Kazak. Sukses di Negeri Kelantan tentu saja menjadi rujukan diskusi. Kedua proyek ini, Pasar dan Uang Islam telah diterima dengan minat yang besar.

Pesan umum yang disampaikan, yakni 'hak setiap manusia untuk perdagangan' tampaknya memberikan pengaruh yang lebih besar bagi pemimpin Kazak, bahkan lebih kuat daripada pesan tentang 'kebebasan untuk memilih uang'. Dinyatakan, pemerintah Kazak akan mencetak dinar dan dirham mereka mengikuti standar WIM, tahun ini juga. Universitas Islam Astana, yang masih sedang berkembang, menyatakan keinginan untuk membuka Fakultas Muamalah dan meminta Umar Pasha untuk memimpin fakultas baru tersebut.

Umar Pasha, yang didampingi oleh Abdalghany, menghabiskan lima hari di Kazakstan. Dalam lima hari ini Pasha menghadiri tidak kurang dari 20 pertemuan. Selain pemerintah, dia bertemu dengan para ulama, pengacara, bankir, dan kaum profesional. Umar Pasha menuangkan cahaya pengetahuan secara murah hati kepada setiap acara dan semua orang.

"Meskipun suhu udara sangat menggigit, dengan suhu di luar minus 25 derajat C, kami merasa hangat dan sering panas di dekat gunung berapi bernama Umar Vadillo Pasha, "komentar Ghany.

La Ghaliba illa Allah.

Sumber : www.wakalanusantara.com

Kisah Tentang Jawara

Pemuda di depanku tampak serius menceritakan tentang hakikat perjuangan yang sedang dia jalani. Dengan semangat, diceritakanlah perjalanannya hingga sampai pada keputusan untuk meninggalkan jerat riba dan ikut mensyiarkan dinar dirham sebagai penunai zakat dan alat tukar.

Aku mendengarkan dengan seksama uraiannya. Dalam hati aku berdecak kagum begitu tahu apa yang selama ini dikerjakan berkaitan dengan dinar dirham dengan teman-temannya. Rasanya bukan seorang Sarjana Teknik yang berbicara di depanku, melainkan seorang da’i. Kalau melihat semangat perjuangannya, dia seperti pendekar, atau jawara. Aku pikir tidaklah berlebihan jika dia dan teman-temannya kusebut sebagai jawara karena mereka sangat kuat prinsip dan pendiriannya dalam berjuang.

Semilir angin di halaman masjid ba’da Dzuhur itu menambah rasa nyaman pembicaraan kami hingga dering teleponnya memotong pembicaraan kami.

“… Ya Pak, saya lagi dengan Pak Marsono. …. Baik Pak, Insya Alloh saya bisa…” , ucapnya saat menerima telepon. Tidak begitu jelas apa tema pembicaraannya meski aku tahu lawan bicaranya.

“Untuk Festival Hari Pasaran Dinar Dirham di Masjid Pondok Indah besok, sehari sebelumnya kita membagi zakat dalam bentuk dirham ke para mustahik….”, pemuda di depanku akhirnya menceritakan bahwa dirinya diajak untuk ikut membagikan zakat dalam bentuk dirham secara langsung dari rumah ke rumah para mustahik. Sebuah teknik yang berbeda dengan apa yang biasanya dilakukan oleh amil zakat saat ini. Dengan mendatangi langsung penerima zakat, para mustahik merasa terhormat dan tidak jatuh harga dirinya jika harus mengantri di halaman masjid untuk mendapatkan pembagian zakat.

Pemuda yang berusia sekitar 30-an itu juga menerangkan bahwa saat pembagian zakat itulah para mustahik diberitahu tempat untuk membelanjakan dirhamnya keesokan hari. Tempat yang dimaksud adalah di Festival Hari Pasaran Dinar Dirham, sebuah pasar Islam tanpa sewa dan pungutan bagi para pedagangnya, dan menerima pembayaran dalam bentuk dinar dan dirham. Diceritakan juga bahwa untuk mempercepat penyebaran dinar dan dirham, yang sedang diusahakan adalah memperluas jaringan pengusaha yang mau menerima pembayaran dalam bentuk dinar dan dirham. Mereka tersebut tergabung dalam Jaringan Wirausahawan Dinar Dirham Nusantara yang disingkat sebagai JAWARA, sebuah nama yang cocok dengan maknanya.

Banyak lagi informasi yang kuperoleh dari pemuda itu. Aku merasa beruntung bisa mengenal dan berinteraksi dengannya. Dari beberapa kali percakapan dengannya, aku menangkap bahwa pemahamannya tentang dinar dirham lebih karena keinginan menjalankan sunnah yang sudah lama ditinggalkan umat Islam. Sedangkan keuntungan materi dari penggunaan itu hanyalah sebagai bonus dan bukan tujuan utamanya. Sungguh ini merupakan karakter utama bagi para jawara sejati.

***

Aku sendiri saat pertama kali mengenal dinar dirham, delapan tahun lalu, baru sekedar fanatisme bahwa keduanya adalah mata uang Islam pada zaman nabi sehingga dengan memilikinya kuanggap bernilai pahala. Pengetahuan selanjutnya hanya pada fakta bahwa emas dan perak adalah komoditas yang selalu naik nilainya. Hanya itu. Selama beberapa tahun aku vakum tidak mengoleksi dinar dirham karena tempat tinggalku saat itu jauh dari wakala yang mendistribusikan dinar dirham, keinginanku untuk mendapatkan lagi dinar dirham lebih karena hal tersebut cocok untuk melindungi assetku, tidak kena inflasi!

Sampai suatu saat aku mulai membaca-baca tulisan di http://wakalanusantara.com/ . Di web tersebut terdapat tulisan-tulisan yang menggugah kesadaran pentingnya umat Islam kembali menggunakan dinar dirham sebagai bentuk ketaatan pada Allah dan Rasul. Selain itu, dijelaskan juga mengenai pentingnya zakat mal ditunaikan dalam bentuk dinar dirham, tidak dalam uang kertas. Hal lainnya adalah penggunaan dinar dirham sebagai penunai syariat Islam seperti sedekah, mahar dan sebagai alat tukar dalam jual beli. Di http://jawaradinar.com/ terlihat kerja keras mereka dalam menegakan muamalah dan menghapuskan riba melalui perdagangan yang syar’i.

Dari situlah aku paham bahwa alasan dinar dirham kembali dicetak pada tahun 1992 di Granada, Spanyol lebih karena pengamalan syariat Islam. Melalui bimbingan Syekh Abdul Qadir As Syufi, Umar Vadillo dan murid-murid Syekh Abdul Qadir lainnya menyebarkan syiar pentingnya kembali ke dinar dirham sebagai bentuk mengembalikan sunnah yang menghilang. Tidak ada sama sekali motivasi bisnis di dalamnya meskipun pencetakan dinar dirham selalu berkaitan dengan aliran dana. Dinar dirham adalah sarana untuk menghapuskan riba yang dosanya lebih berat dari berzina! Keyakinan Itulah yang dipegang oleh para jawara.

Aku beruntung berada di sekitar para jawara yang memiliki pemahaman bahwa hakikat kembalinya dinar dirham adalah sebagai bentuk kembalinya umat Islam pada ajaran yang sesungguhnya. Bukan untuk memperkaya diri atau untuk meraih materi semata di dunia ini. Mereka memang begitu istimewa. Kesibukannya yang berkaitan dengan dinar dirham adalah hal-hal yang tidak aku temukan pada orang lain. Tema pembicaraanya pun berbeda dengan yang lain.

Sementara orang lain terkagum-kagum dengan grafik kenaikan harga emas dan prediksi emas dan perak di masa mendatang, orang-orang yang kukenal lebih fokus pada pelaksanaan pasar Islam tanpa biaya sewa dengan menggunakan dinar dirham sebagai alat tukarnya.

Saat orang sibuk ikut mempelajari teknik mengembangkan emas dengan menggunakan uang pinjaman ber-riba, orang-orang ini sibuk mendatangi mustahik dan membagi zakat dalam bentuk dirham sambil menunjukkan tempat dan waktu untuk membelanjakannya di pasar Islam keesokan harinya.

Saat orang lain mulai mencari-cari bungkus agar terksesan syar’i dalam membisniskan dinar dirham, orang-orang ini lebih memilih banyak beristighfar dan selalu berdoa agar diluruskan niatnya dalam menjalankan amanah membawa dinar dirham sebagai mata uang syar’i.

Semoga Alloh senantiasa mengaruniai kemudahan pada teman-temanku, meskipun belum semuanya sempat kutemui, para jawara yang tidak pernah putus asa berjuang. Semoga Alloh senantiasa memberikan keikhlasan dan menjaga niat mereka agar selalu lurus dalam perjuangan menegakkan sunnah.

***

Lamunanku pada masa laluku terhenti ketika sebuah sebuah sms masuk ke HP ku. Salah seorang jawara dari Yogya mengirim sebuah pesan buatku.

“Mas, punya pecahan koin satu dirham? Dirham untuk pembagian zakat besok kebanyakan pecahan dua dirham. Kami perlu tukarkan ke pecahan yg lebih kecil”

*** Inspirasi dari salah satu wakala di Yogyakarta.